Jumat, 05 Oktober 2012

CEDERA KEPALA

CEDERA KEPALA

A. PENGERTIAN


Apa itu cedera kepala??? Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001). Cedera kepala merupakan keadaan yang serius dan perlu mendapatkan penanganan yang cepat. Tindakan pemberian oksigen yang adekuat dan mempertahankan tekanan darah yang cukup untuk perfusi otak dan menghindarkan terjadinya cedera otak sekunder merupakan pokok-pokok tindakan yang sangat penting untuk keberhasilan kesembuhan penderita.
Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan.


B. KLASIFIKASI

Berdasarkan mekanisme, keparahan dan morfologi cedera :
1. Mekanisme : berdasarkan adanya penetrasi duramater
a.Trauma tumpul : - kecepatan tinggi ( tabrakan motor dan mobil )
- kecepatan rendah ( jatuh/dipukul )
b.Trauma tembus ; luka tembus dan cidera tembus lainnya.
2. Keparahan cedera
a. Ringan : GCS 14–15
b. Sedang : GCS 9-13
c. Berat : GCS 3–8
3. Morfologi
a. Fraktur tengkorak
- Kranium: garis / lintang, depresi / non depresi, terbuka / tertutup.
- Basis kranii: dengan / tanpa kebocoran cairan serebrospinal, dengan / tanpa kelumpuhan N VII.
b. Lesi intrakranial
- Fokal : epidural, sub dural, intra serebral.
- Difus : komosio ringan, komosio klasik, cedera aksonal difus.

C. TANDA DAN GEJALA


Secara umum tanda dan gejala cedera kepala adalah :
1. Gangguan kesadaran
2. Konvulsi
3. Abnormalitas pupil
4. Defisit neurologis
5. Disfungsi sensorik – motorik
6. Kejang
7. Sakit kepala
8. Hipovolemik Syok.
9. Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motorik dapat timbul segera atau secara lambat.
10. Pola pernafasan dapat secara progresif menjadi tidak abnormal.
11. Respon pupil negatif.

D. PATOFISIOLOGI

Edema otak barangkali merupakan penyebab yang paling lazim dari peningkatan intrakranial dan memiliki daya penyebab antara lain peningkatan cairan intra sel, hipoksia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, iskemi serebral, meningitis dan cedera.
Tekanan intrakranial (TIK) pada umumnya meningkat secara berangsur-angsur setelah cedera kepala, timbulnya edema memerlukan waktu 36 – 48 jam untuk mencapai maksimum. Peningkatan TIK sampai 33 mmHg (450 mmH2O) mengurangi aliran darah otak (ADO) secara bermakna, iskemi yang timbul merangsang vasomotor dan tekanan darah sistemik meningkat. Rangsangan pada pusat inhibisi jantung mengakibatkan bradikardi dan pernafasan menjadi lebih lambat.
Tekanan darah sistemik akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya TIK, walaupun akhirnya dicapai suatu titik dimana TIK melebihi tekanan arteri dan sirkulasi otak berhenti dengan akibat kematian otak. Pada umumnya kejadian ini didahului oleh penurunan yang cepat dari tekanan daraaaah arteri.
Trauma otak menyebabkan fragmentasi jaringan dan kontosio akan merusak sawar darah otak (SDO) disertai vasodilatasi dan eksudasi cairan sehingga timbul edema. Edema menyebabkan peningkatan tekanan pada jaringan dan akhirnya meningkatkan TIK, yang pada gilirannya akan menurunkan aliran darah otak (ADO), iskemia, hipoksia, asidosis (penurunan pH dan peningkatan PCO2) dan kerusakan SDO lebih lanjut.
Siklus ini akan terus berlanjut sehingga terjadi kematian sel dan edema bertambah secara progresif kecuali bila dilakukan intervensi.


E. MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinik dari adanya peningkatan tekanan intra cranial adalah banyak dan bervariasi serta dapat tidak jelas.
1. Perubahan tingkat kesadaran (paling sensitive diantara tanda peningkatan TIK)
2. Trias klasik :
-Nyeri kepala karena regangan duramater dan pembuluh darah.
-Papil edema yang disebabkan oleh tekanan dan pembengkakan diskus aptikus
-Muntah, seringkali proyektil.
3. Tekanan nadi yang lebar, berkurangnya denyut nadi dan pernafasan menandakan dekompensasi otak dan kematian yang mengancam
4. Hipertermia
5. perubahan motorik dan sensorik
6. Perubahan bicara
7. Kejang

F. PENATALAKSANAAN

Pedoman resusitasi dan penilaian awal
1. Menilai jalan nafas
Bersihkan jalan nafas dari debris dan muntahan, lepaskan gig palsu, pertahan kan tulang servikal segaris dengan badan, pasang gudel bila dapat ditoleransi. Jika cedera mengganggu jalan nafas, maka pasien harus diintuasi.
2. Menilai pernafasan
Tentukan apakah pasien bernafas dengan spontan atau tidak, jika tidak, beri O2 melalui masker oksigen. Jika bernafas spontan selidiki cedera dada berat seperti pneumotoraks, hemopneumotoraks.
3. Menilai sirkulasi
Otak yang rusak tidak mentoleransi hipotensi. Hentikan semua perdarahan dengan menekan arterinya. Perhatikan secara khusus adanya cedera intra abdomen atau dada. Ukur dan catat frekuensi denyut jantung dan tekanan darah. Ambil darah vena untuk pemeriksaan darah perifer lengkap, ureum, kreatinin, elektrolit, glukosa, AGD. Berikan larutan koloid, sedangkan larutan kristaloid (dektrose atau dektrose dalam saline) menimbulkan eksaserbasi edema serebri pasca cedera kepala.
4. Obati kejang
Kejng konvulsiv dapat terjad setelah cedera kepala dan harus diobati.
5. Menilai tingkat keparahan
a.Cedera Kepala Ringan (kelompok resiko ringan)
- Skor GCS 14 – 15
- Tidak ada kehilangan kesadaran
- Tidak ada intoksikasi alcohol atau obat terlarang.
- Pasien dpat mengeluh nyeri kepala dan pusing
- Pasien dapat menderita abrasi, laserasi atau hematoma kulit kepala.
- Tidak ada criteria cedera sedang – berat.
b.Cedera kepala Sedang (kelompok resiko sedang)
- Skor GCS 9 – 13
- Konkusi
- Muntah
- Tanda kemungkinan fraktur kranium (mata rabun, hematimpanium, otorea)
- Kejang
c.Cedera Kapala Berat (kelompok resiko berat)
- Skor GCS 3 – 8 (koma)
- Penurunan kesadaran secara progresif
- Tanda neurologis fokal
- Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi kranium

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK

Diagnosis cedera kepala ditegakkan berdasarkan :
1. Riwayat trauma
- Sebab trauma
- Adanya kelainan neurologik awal ; kejang, hilang kesadaran, kelemahan motorik dan gangguan bicara
- Derajat ketidak-sadaran , amnesia
- Nyeri kepala, mual dan muntah
2. Pemeriksaan fisik
- Tanda-tanda vital
- Tingkat kesadaran cedera luar yang terlihat ; cedera kulit kepala, perdarahan hidung, mulut, telinga, dan hematoperiorbital
- Tanda-tanda neurologis foko,mkal ; ukuran pupil, gerakan mata, aktivitas motorik.
- Reflek tendon
- Sistem sensorik perlu diperiksa, jika pasien sadar.
3. Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium rutin
- Foto kepala AP lateral
- Foto servikal
- CT Scan / MRI kepala
- Arteriografi bila perlu

ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN CEDERA KEPALA

Breathing
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung, sehingga terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun iramanya, bisa berupa Cheyne Stokes atau Ataxia breathing. Napas berbunyi, stridor, ronkhi, wheezing ( kemungkinana karena aspirasi), cenderung terjadi peningkatan produksi sputum pada jalan napas.

Blood
Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi. Tekanan pada pusat vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan parasimpatik ke jantung yang akan mengakibatkan denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial. Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi dengan bradikardia, disritmia).

Brain
Gangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk manifestasi adanya gangguan otak akibat cidera kepala. Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, baal pada ekstrimitas. Bila perdarahan hebat/luas dan mengenai batang otak akan terjadi gangguan pada nervus cranialis, maka dapat terjadi :
* Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).
* Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian lapang pandang, foto fobia.
* Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata.
* Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.
* Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus vagus menyebabkan kompresi spasmodik diafragma.
* Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesalah satu sisi, disfagia, disatria, sehingga kesulitan menelan.

Blader
Pada cidera kepala sering terjadi gangguan berupa retensi, inkontinensia uri, ketidakmampuan menahan miksi.

Bowel
Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual, muntah (mungkin proyektil), kembung dan mengalami perubahan selera. Gangguan menelan (disfagia) dan terganggunya proses eliminasi alvi.

Bone
Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese, paraplegi. Pada kondisi yang lama dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula terjadi spastisitas atau ketidakseimbangan antara otot-otot antagonis yang terjadi karena rusak atau putusnya hubungan antara pusat saraf di otak dengan refleks pada spinal selain itu dapat pula terjadi penurunan tonus otot.

Pemeriksaan Diagnostik:

* CT Scan: tanpa/dengan kontras) mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
* Angiografi serebral: menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma.
* X-Ray: mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan / edema), fragmen tulang.
* Analisa Gas Darah: medeteksi ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
* Elektrolit: untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan intrakranial.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurmuskuler
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler
3. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme, restriksi cairan dan intake tidak adekuat.
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
6. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan.
7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penekanan terus menerus.
8. Kerusakan integritas jaringan (mukosa, kulit, kornea) berhubungan dengan pergesekan secara mekanik.


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan denga kerusakan neuromuskuler
Intervensi:
1. Airway management :
a.Buka jalan nafas dengan tehnik Jaw Thrust sejauh memungkinkan
b.Posisikan klien pada posisi yang memungkinkan ventilasi maksimal
c.Lakukan suction dan anjurkan batuk untuk mengeluarkan secret
d.Ajarkan tehnik nafas dalam, lambat dan batuk efektif.
e.Berikan bronkodilator bila dibutuhkan.
f.Monitor status oksigenasi dan respirasi.
2. Airway suctioning :
a.Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
b.Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
c.Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
d.Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.


2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler,obstruksi tracheobrokhial.
Intervensi:
a. Kaji kecepatan, kedalaman, frekuensi,irama dan bunyi nafas, adanya cianosis.
b. Atur posisi klien dengan posisi semi fowler (30 )
c. Berikan terapi oksigen (2-4 L/m)
d. Lakukan pengisapan lender dengan hati-hati(tekanan,cara dan lama) selama 10-15 detik, catat sifat, warna dan bau secret.
e. Berikan posisi semi prone lateral/miring bila tidak ada kejang setelah 4 jam pertama, rubah posisi miring atau terlentang tiap 2 jam.
f. Apabila klien sudah sadar, anjurkan dan ajak latihan nafas dalam
g. Kolaborasi untuk pemeriksaan analisa gas darah
h. Kolaborasi pemasangan endotrakial tube kalau perlu
i. Monitor pola pernafasan tiap 2-4 jam.

3. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolisme, restriksi cairan dan intake tidak adekuat.
Intervensi:
a. Kaji kemampuan mengunyah, menelan, reflek batuk dan cara pengeluaran secret.
b. Auskultasi bising usus dan catat bila terjadi penurunan bising usus (n : 5-35 x/m)
c. Timbanga berat badan, berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering baikmelalui NGT maupun oral.
d. Tinggikan kepala klien dari badan ketika makan dan buat posisi miring dan netral / lurus setelah makan.
e. Berikan nutrisi melalui parenteral (IVFT) bila perlu.

4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan penurunan kekuatan dan ketahanan,kerusakan neuromuskuler.
Intervensi:
a. Koreksi tingkat kemampuan mobilisasi dengan skala 0-4:
0 : klien tidak tergantung pada orang lain
1 : klien butuh sedikit bantuan
2 : klien butuh bantuan sederhana
3 : klien butuh bantuan banyak
4 : klien sangat tergantung pada pemberian pelayanan
b. Atur posisi klien dan ubahlah setiap 2-4 jam sekali
c. Bantu klien melakukan gerakan-gerakan sendi secara pasif bila kesadaran menurun dan secara aktif bila klien kooperatif.
d. Observasi atau kaji terus kemampuan gerakan motorik, keseimbangan, koordinsai dan gerakan tonus.
e. Anjurkan keluarga klien untuk melatih dan memberi motivasi.
f. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapi).
g. Buat posisi seluruh dalam letak anatomis/nyaman dengan memberi penyangga pada lekukan-lekukan sendi, telapak tangan dan kaki.
h. Lakukan massage perawatan kulit dan mempertahankan alat-alat tenun bersih dan kering
i. Lakukan perawatan mata dengan memberikan cairan air mata buatan dan tutup mata dengan kassa steril lembab sesuai indikasi
j. Bantu klien dalam memenuhi ADL, bila kesadaran belum pulih kembali.
k. Observasi BAK dan Bantu BAB secara teratur, kolaborasi dengan dokter pemberian supositoria.
l. Berikan motivasi dan latihan pada klien dalam memenuhi kebutuhan ADL sesuai dengan kebutuhan pada saat rehabilitasi, penyebaran tingkat kegawatan dan keluhan-keluhan klien.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
Intervensi:
1. Infection Control
a.Lakukan teknik isolasi bila perlu
b.Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
c.Berikan higiene yang baik
d.Ajarkan pengunjung dan keluarga cara mencuci tangan yang benar
e.Tingkatkan nutrisi, cairan dan istirahat
f.Gunakan baju khusus
2. Infection Protection
a.Monitor tanda vital tiap 6 jam
b.Monitor tanda infeksi lokal dan sistemik
c.Amati faktor yang menuingkatkan infeksi
3. Environmental management
a.Jaga kebersihan ruangan dan tempat tidur
b.Batasi pengunjung, hindarkan klien dari kontak dengan penderita infeksius
4. Health Education
a.Jelaskan pada keluarga tentang tanda infeksi
b.Jelaskan pada keluarga tentang kondisi anak yang memungkinkan resiko terjadi infeksi
5. Medication Administration
a.Kolaborasi pemberian antibiotik bila perlu
b.Pantau efek terapi tersebut

6. Kebutuhan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan produksi antidiuretik hormonADH akibat terfiksasinya hipotalamus

Intervensi:
a.Monitor asupan keluaran selama 8 jam sekali dan timbang berat badan setiap hari bila dapat dilakukan.
b.Berikan cairan setiap hari sesuai kebutuhan tubuh
c.Hitung balance cairan tiap 4 jam
d.Pasang dower cateter dan monitor warna dan bau serta aliran urine
e.Kolaborasi dengan tim analisis untuk pemeriksaan kadar elektrolit tubuh

7. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan.
Intervensi:
1. Manajemen nyeri :
a.Gunakan skala nyeri untuk mengidentifikasi intensitas nyeri.
b.Bersama klien, mengidentifikasi posisi dan hal-hal yang dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan
c.Identifikasi pengalaman klien dalam mengurangi nyeri yang serupa dengan saat ini
d.Ajarkan tehnik mengurangi nyeri secara non farmakologis ; tehnik distraksi, Guided imagery
2. Medication administration
a.Berikan analgetik sesuai dengan program terapi, monitor tanda-tanda efek samping pemberian analgetik.
b.Bantu pasien dalam meminum obat.
c.Berikan obat menggunakan tehnik dan rute yang benar.

8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penekanan terus menerus.
Intervensi:
1. Pressure management :
a.Monitor kulit dari dari area kemerahan.
b.Monitor mobilitas dan aktifitas klien
c.Monitor daerah yang mengalami penekanan
d.Perubahan posisi tiap 2 jam untuk menghindari penekanan terus-menerus jika memungkinkan
2. Pressure ulcer prevention:
a.Inspeksi kulit pada bagian bony prominence
b.Jaga agar linen tetap kering
c.Gunakan pelembab bila kulit kering